- berita

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan

Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Hari Raya Galungan sekarang jatuh pada tanggal 4 Januari 2023 dan Kuningan pada tanggal 14 Januari 2023.

Sebagaimana di kutip dari https://buleleng.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/hari-raya-galungan-dan-kuningan-57, Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan penjor yang dipasang di tepi jalan, menghiasi jalan raya yang bernuansa alami. Di jaman modern ini, apalagi sebagai tujuan pariwisata, pulau Bali kerap disorot sebagai pulau yang indah sekaligus religius. (Penjor adalah bambu yang dihias sedemikian rupa sesuai tradisi masyarakat Bali setempat).

Adapula Hari Raya Galungan ialah hari dimana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya. Serta merayakan kemenangan kebaikan (dharma) melawan kejahatan (adharma). Sebagai ucapan syukur, umat Hindu memberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya). Penjor yang terpasang di tepi jalan (setiap rumah) sendiri merupakan aturan ke hadapan Bhatara Mahadewa.

Kemenangan Dharma dan Turunnya Leluhur

Menurut, Drs. I Made Karda, M.Si. yang merupakan pengajar di Universitas Udayana pada mata kuliah Agama Hindu dan Etika Agama, berbagi mengenai pemaknaan Galungan dan Kuningan. Dikutip dari https://www.unud.ac.id/in/berita1769-Memaknai-Galungan-dan-Kuningan.html

Menurut beliau dalam memaknai Galungan, dapat dibagi dalam tattwa, susila dan upakara, yaitu dari mempelajari filsafat hingga pelaksanaan rangakaian upacaranya. Namun, beliau menekankan di saat hari raya Galungan, kita  lebih fokus pada pelaksanaan maupun pembuatan upakaranya, di mana rangkaian Galungan ini, kita diberi kesempatan untuk melaksanan dengan aksi nyata kemenangan dari melawan adharma itu sendiri. “Memaknai Galungan menurut saya adalah berkifir, berkata, serta berbuat yang positif dimana kita mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari sehingga saya dan keluarga dapat merasa lebih ceria, lebih bahagia, serta ringan dalam melaksanakan aktifitas-aktifitas agama”. “Galungan itu adalah saat dimana kita memahami agama baik teori maupun prakteknya” imbuhnya. Adapun adharma yang dimaksud adalah gangguan-gangguan yang hadir saat kita melaksanaan ajaran Dharma, termasuk yang ada dalam diri yang disebut Sad Ripu. Jika kita dapat menanga melawan Sad Ripu atau diri sendiri, lebih besar maknanya daripada kita menang dengan musuh dalam perang. “Sedangkan saat Kuningan, kita memaknai dan merayakannya dengan meyakini bahwa para leluhur kita telah hadir saat itu dan kita dapat menyambutnya dengan tapa brata serta introspeksi diri atau mulat sarira”  ungkap pembina di FPMHD UNUD ini.